Apakah yang disebut dengan kemampuan membaca pikiran?
Daniel Siegel, seorang psikiater dari UCLA, menganggap kemampuan
membaca pikiran sebagai kemampuan untuk mempersepsi isi pikiran orang
lain dengan mengartikan petunjuk-petunjuk yang diberikan (baik secara
sadar atau pun tidak sadar) oleh orang tersebut. Siegel memberi nama
kemampuan ini mindsight, atau kemampuan otak untuk membuat peta dari
kondisi mental orang lain. William Ickes dari University of Texas
memberikan konsep lain, yaitu Empathic Accuracy, yaitu kemampuan untuk
secara tepat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
Kemampuan
membaca pikiran orang lain ini sebenarnya dimiliki oleh setiap orang,
termasuk anak kecil. Makanya tidak heran jika di tempat perkumpulan anak
semacam yayasan anak ada beberapa anak di sana
yang bisa membaca pikiran. Mungkin kita ingat kalau kita kadang menebak
mood orang lain sebelum kita meminta sesuatu darinya, ini adalah contoh
dari kemampuan membaca pikiran. Tapi, memang tidak mudah untuk membaca
pikiran orang lain. Tingkat keakuratan seseorang untuk membaca pikiran
orang yang baru pertama kali dia temui adalah 20 persen. Tingkat
keakuratan membaca pikrian antar teman baik atau suami-istri adalah 35
persen. Hampir tak ada orang yang memiliki tingkat keakuratan membaca
pikiran di atas 60 persen. Tetapi, kemampuan ini adalah kemampuan yang
cukup penting dalam kehidupan sosial, dan merupakan kemampuan yang dapat
dilatih.
Bagaimana proses P membaca pikiran N? Ada
dua pendekatan yang terjadi. Yang pertama adalah melalui bantuan
indera. Yang kedua, dengan kemampuan manusia untuk menangkap emosi dari
manusia yang ada di dekatnya. Kedua pendekatan tersebut bersifat saling
melengkapi. Pada pendekatan pertama, P mendapatkan informasi mengenai
kondisi internal N melalui hal-hal yang dapat ditangkap oleh indera P.
Misalnya, P mungkin menangkap maksud dari perkataan-perkataan N yang
bersifat tersirat mengenai keadaan dirinya (bahkan yang N sendiri tak
sadar bahwa itu adalah sebuah curahan isi hati). P mungkin juga
menangkap adanya tanda-tanda kesedihan dari bahasa tubuh atau getaran
dan nada suara yang dikeluarkan N. P juga mungkin saja menangkap adanya
kesedihan dari ekspresi wajah N (khususnya mata yang sangat ekspresif
karena dikelilingi oleh banyak otot yang tentunya dipengaruhi oleh
kondisi emosi).
Pada pendekatan kedua, P mengetahui kondisi N karena P menyamakan frekuensi emosinya dengan N. Manusia
memang memiliki kemampuan untuk melakukan hal ini. Saat kita mengikuti
perkataan, ekspresi, gerak tubuh, dan sikap fisik orang lain, kita bisa
merasakan apa yang orang lain rasakan. Bahkan, dengan berada di dekat
orang lain saja, kita dapat “menangkap” perasaan orang lain dan
menyalinnya menjadi perasaan kita sendiri dengan mengubah kondisi
fisiologis tubuh kita agar serupa dengan orang tersebut. P mungkin
menangkap sinyal emosi sedih yang dikeluarkan oleh N.
Jika
diperhatikan, usaha dari menjelaskan fenomenon membaca pikiran yang
dialami oleh P didominasi oleh kemungkinan-kemungkinan. Hal ini
disebabkan karena P sendiri tidak menyadari bahwa dia telah membaca
pikiran N. Informasi-informasi dari indera dan emosi N yang tertangkap
bersifat terlalu halus sehingga hanya dapat ditangkap oleh alam bawah
sadar P. Sesuai dengan fungsinya, mimpi –- yang menjadi alat penghubung
antara alam sadar dan alam bawah sadar— digunakan oleh alam bawah sadar P
untuk memberitahukan alam sadar P mengenai apa yang diketahuinya.
Akhirnya, alam sadar P pun tahu kalau P telah menangkap kesedihan N.
Ini merupakan suatu kelebihan yang bisa di asah. Jangan salah persepsi, misalnya harus ke kuburan/memorial park
untuk mendapatkan dan mengasah kemampuan membaca pikiran ini. Jadi
harus lebih teliti jangan asal mengikuti pameo-pameo yang salah seperti
itu.
0 komentar:
Posting Komentar